Tampilkan postingan dengan label budaya batak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budaya batak. Tampilkan semua postingan

Mengenal Suku Batak Secara Mendalam

Nama Suku Batak sangat kerap dihubungkan dengan nama Toba, hal itu terjadi karena suku Batak dominan mendiami wilayah di sekitaran Danau Toba. Tapi faktanya suku Batak bukan hanya berkaitan dengan Toba saja, akan tetapi masih ada Batak lainnya seperti Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, Mandailing dan Angkola. Ada 6 sub etnis suku Batak yang membuat suku Batak masuk dalam deretan suku terbesar di Indonesia, nomor 2 setelah suku Jawa. Batak

Agar tidak lagi penasaran dengan suku Batak ini, maka berikut ada beberapa penjelasan yang bisa kamu simak untuk mengenal lebih mendalam seperti apa sebenarnya suku Batak sebagai suku no 2 terbesar di Nusantara.

Jika kita menilik mengenai sejarah suku Batak, ada banyak perbedaan pendapat mengenai asal nenek moyang suku Batak di daerah Sumatra Utara. Pendapat pertama, suku Batak termasuk salah satu suku yang berbahasa Austronesia, akan tetapi tidak diketahui kapan mulanya nenek moyang pertama orang Batak datang ke tanah Sumatra, khususnya Sumatera-Utara.

Ada satu bukti sejarah yang menunjukkan jika orang-orang yang menggunakan bahasa Austronesia telah melakukan migrasi dari Filipina ke wilayah Indonesia kira-kira 2.500 tahun silam atau zaman batu muda. Akan tetapi tidak adanya bukti artefak zaman batu muda di wilayah masyarakat suku Batak, maka dibuat dugaan jika nenek moyang suku Batak baru melakukan migrasi ke Indonesia pada zaman logam.

Selain pendapat diatas, ada lagi yang berpendapat lain terkait sejarah nenek moyang suku Batak masuk ke wilayah Indonesia terutama Sumatra-Utara. Beberapa sejarawan berpendapat jika suku Batak berasal dari Indochina, Mizoram, Formosa, bahkan ada yang menyimpulkan jika suku Batak adalah bagian dari 10 suku yang hilang dari Israel.


Kepercayaan dan Agama Suku Batak

Sebelum datangnya agama Islam ke Indonesia, Agama Kristen, dan Katolik menyebar ke wilayah Batak, masyarakat suku Batak sudah menganut kepercayaan yaitu Agama Parmalim yang dipercayai mempunyai kekuatan dan kekuasaan di atas langit. Kemudian, dalam kepercayaan terhadap roh, masyarakat suku Batak juga mengenal akan 3 konsep yang disebut dengan Tendi/Tondi, Sahala, dan Begu. Budaya Batak

Tendi/Tondi adalah roh yg mempunyai kekuatan untuk memberikan nyawa kepada para manusia. Hampir semua orang atau umat manusia mempunyai Tondi/Tendi menurut masyarakat suku Batak. Jenis roh berikutnya adalah Sahala yang mana tidak bisa dimiliki oleh semua orang seperti Tendi.

Sahala merupakan kekuatan yang hanya dimiliki orang tertentu seperti para raja dan pemimpin.  Lalu ada Begu yang mana merupakan roh orang yang sudah meninggal. Menurut kepercayaan masyarakat suku Batak, Roh/begu hanya muncul di malam hari dan konon juga mempunyai tingkah laku yang sama dengan manusia.


Masuknya Agama Luar Menggeser  Kepercayaan Asli Orang Batak

Dengan masuknya agama Kristen di tanah Batak yang bermula ketika misionaris asal Inggris yang bernama Richard Burton dan Nathaniel Ward melakukan perjalanan kaki dari Sibolga ke pedalaman Batak di tahun 1824. Mereka mulai melakukan observasi pada masyarakat Batak tersebut.

Berkelanjutan terus, dan banyak misionaris baptis yang bergantian datang ke wilayah Batak salah satunya Dr. Ludwig Ingwer Nommensen yang datang di tahun 1881. Beliau adalah misionari dari Jerman yang ikut menerjemahkan Kitab  Perjanjian Baru ke bahasa Batak. Kitab Perjanjian Lama kemudian juga mulai diterjemahkan dalam bahasa Batak oleh P. H. Johannsen di tahun 1891. Dari proses penerjemahan tersebut, mulai banyak masyarakat Batak yang memeluk agama Kristen.

Beda hal dengan Kristen yang sudah menyebar cukup lama di daerah Batak, penyebaran Katolik di Batak baru mulai pada tahun 1934-1935. Di masa ini pula, masyarakat Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, dan Simalungun sudah banyak yang memeluk agama Kristen. Bahkan, agama Kristen juga dijadikan sebagai identitas budaya dari masyarakat Batak.

Sementara agama Islam di wilayah Batak, baru menyebar cukup luas ketika pedagang dari Minangkabau yang membawa dan menyebarkan agama tersebut. Padahal kenyataannya, agama Islam sebenarnya sudah pernah masuk di wilayah Batak dengan bukti bahwa Ibn Battuta telah mengislamkan Sultan Al Malik Al Dhahir di tahun 1345.

Suku Batak

Pada abad 19, terjadi Perang Paderi yang membuat pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan proses pengislaman besar-besaran. Selain pengaruh dari masyarakat Minangkabau, penyebaran agama Islam juga didukung oleh peran Kerajaan Aceh dan kerajaan Melayu.


Adat dan Kebudayaan Batak

Setelah mengenal mengenai sejarah masuknya masyarakat Batak ke wilayah Sumatra hingga kepercayaan dan agama yang dianut, kebudayaan dari masyarakat Batak juga tak kalah penting untuk diketahui. Buat kamu yang penasaran dengan jenis-jenis kebudayaan yang dimiliki oleh suku Batak, berikut kamu bisa menyimak selengkapnya.

Mangulosi

Kain ulos dikenal sebagai kain khas dari masyarakat Batak yang sudah cukup mendunia. Dalam budaya Batak, terdapat upacara adat khusus yang berhubungan dengan kain ulos tersebut yaitu Mangulosi.
Ritual ini adalah bentuk pemberian ulos sebagai lambang kehangatan dan berkat kepada seseorang yang menerima ulos. Biasanya, Mangulosi akan diberikan oleh orang tua kepada anaknya ketika anak tersebut baru lahir, saat anak melakukan upacara pernikahan, dan saat meninggal dunia.

Manortor dan Margondang

Kebudayaan Batak satu ini berupa tari-tarian adat yang dipentaskan dengan iringan musik Gondang. Ritual tari ini termasuk dalam ritual yang berbau mistik dan erat hubungannya dengan pemujaan terhadap dewa-dewa. Dalam pementasannya, Tortor dan Gondang memang tidak bisa dipisahkan sehingga dalam penyebutannya pun harus digabung sebagai Manortor dan Margondang.


Dalihan Natolu

Masyarakat suku Batak mengenal 3 bagian kekerabatan yang tercermin dalam Dalihan Natolu (tungku tempat memasak). Tungku memasak tersebut harus bisa berdiri dengan baik oleh karenanya ditopang oleh 3 batu dengan jarak dan tinggi yang sama. Dalam 3 batu tersebut menggambarkan 3 bagian kekerabatan yaitu Somba Marhulahula (hormat kepada keluarga istri), Elek Marboru (sikap mengayomi wanita), dan Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati dengan teman semarga).


Umpasa

Umpasa adalah jenis budaya lisan yang menyerupai pantun. Dalam pelantunannya, Umpasa diucapkan dengan tujuan untuk menyampaikan bentuk harapan dan keinginan. Biasanya Umpasa akan dilantunkan di saat upacara adat.


Mangalahat Horbo

Satu lagi jenis upacara adat yang ada dalam masyarakat suku Batak yaitu Mangalahat Horbo yang ditujukan untuk menyucikan diri dari segala dosa. Upacar ini dilaksanakan dengan mengorbankan kerbau jantan yang diikat pada borotan atau tiang. Borotan tersebut diletakkan di bagian tengah tempat pelaksanaan upacara. Mangalahat Horbo didasarkan pada kepercayaan masyarakat suku Batak pada Mulajadi na Bolon (pencipta alam semesta).

Sekian ulasana untuk penjelasan mengenai sejarah suku Batak yang ternyata mempunyai kebudayaan yang beragam dan khas, semoga bermanfaat buat generasi muda Batak.

Share:

Cari DI Blog Ini

Halak hita marsada, dang tumagon halak adong dope hita

BERITA POPULER

Arsip Blog